PROFIL
PONDOK PESANTREN BALI BINA
INSANI
YAYASAN LA-ROYBA
RIWAYAT
SINGKAT PONDOK PESANTREN BALI BINA INSANI
Cikal
bakal berdirinya Pondok Pesantren Bali Bina Insani tanggal 27 Oktober 1996 adalah berawal dari
pendirian Pondok Yatama tanggal 27 Oktober 1991. Sejak pemuda bernama Ketut Imaduddin Djamal
masuk di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathon Seloong Lombok Timur tahun 1968, jiwa
pondok pesantren mulai tersemai. Hal ini lebih terasa sejak belajar di Pondok
Pesantren Assyafi`iyah Jakarta tahun
1977 dan sering silaturahmi ke Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Setelah
menyelesaikan kuliah di Fakultas
Syari`ah Syarif Hidayatullah tahun1983 dan mulai bertugas di Pengadilan
Agama Denpasar tahun 1984, suatu saat bersilaturahmi ke Pondok Pesantren
Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa. Saat itulah betul-betul tersentuh dengan kehidupan
pondok pesantren yang terasa damai, sederhana dan sangat bersahabat.
Ketika keberadaan dan
keadaan Umat Islam di Bali mulai banyak tahu melalui ceramah dan
khutbah-khutbah serta kunjungan sosial, dimana kondisinya jauh dari harapan,
jumlahnya hanya 6,17%, ekonomi memprihatinkan, bertempat tinggal di pesisir
pantai/pedalaman, pendidikan jauh terbelakang dan belum ada pondok pesantren
yang refresentatif. Keinginan
mendirikan Pondok Pesantren di Denpasar dengan
latar belakang di atas terbentur tidak adanya lahan, sehingga keinginan
menggebu ini dimulai di Desa Pegayaman dengan mendirikan Pondok Pesantren
Al-Iman pada tanggal 24 Oktober 1988
di atas tanah wakaf Bapak Said
Djamaludin seluas 5000 m2 dan diresmikan oleh Bapak H. Habib Adnan
Ketua MUI Bali. Pondok pesantren ini kurang berkembang meskipun berada pada
miliu yang 100% beragama Islam, karena daerahnya terisolir, jauh dari perkotaan
dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti penting pendidikan. Kondisi ini tidak menyurutkan tekad untuk mencarikan solusi terhadap problem umat di atas melalui lembaga pendidikan pondok
pesantren.
Pada saat ceramah di
pengajian Masyarakat Sulawesi Selatan Monang Maning Denpasar, seorang peserta
pengajian bernama Hj. Sopiah Dewa Pere bertanya dan mengajak mendirikan panti
asuhan dengan menyiapkan rumahnya sendiri di Sembung Gede Tabanan sebagai
asrama, serta kesanggupan untuk mencarikan kebutuhan sehari-hari santri.
Peluang emas ini tidak disia-siakan untuk mendirikan Pondok Pesantren meskipun
letaknya di Tabanan, (sebuah kabupaten terdekat dengan Denpasar).
Maka
diresmikanlah lembaga pendidikan yang bernama Pondok Yatama tangal 27 Oktober
1991 oleh Bapak H. Zayadi, mantan Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja
Bali, dengan didampingi Bapak Kepala Kantor Wilayah Sosial, (alm) Bapak Said
Djamaludin serta umat Islam lainya. Rekomendasi pendiriannya dari Bupati
Tabanan baru keluar tanggal 7 Juni 1996 no. 451.44 / 2609 / 505. Periode awal
ini santrinya 7 orang anak yatim laki-laki, (Roy Teguh Musa dkk) dengan seorang
Ustad dari Darunnajah yaitu Yuli Saiful Bahri.
Agar keberadaan pondok sesuai
dengan peraturan yang berlaku, didirikanlah badan hukum dengan nama Yayasan
La-Royba pada tanggal 30 April 1992 dengan
nama Amir Syarifuddin, SH.
Dan memperoleh izin Kepala
Kantor Wilayah Departemen Sosial Bali
no. 118 / BBS / 05 / XI / 92 dengan ketua Drs. H. Kt. Imaduddin Djamal, SH. sekretaris Hj. Sofiah
Dewa Pere, bendahara Dewi Yana Robi,
penasehat di antaranya Prof. KH. Ali
Yafie dan Ny. Hj. Ratna Maida Hasjim Ning.
Perkembangan Pondok Yatama yang cukup pesat melahirkan
simpati dan juga antipati. Ketidak senangan banyak pihak dihadapi dengan sabar,
tawakal, penuh kesabaran, penuh harap kepada Allah sembari membenahi segala
yang diperlukan, kerja keras dan pendekatan kultural kepada semua pihak.
Pembenahan yang dilakukan termasuk merancang pemindahan pondok ke lokasi yang
lebih luas dan prospektif, mengingat lokasi sekarang hanya 4 are, bising dan
sudah tidak memadai untuk menampung santriwan/santriwati
yang terus bertambah.
Pengadaan tanah terealisir
tahun 1993 dengan membebaskan
tanah seluas 5897m2, harga per are Rp. 950.000, berlokasi di Desa
Meliling, Kecamatan Kerambitan Tabanan.
Pengurusan surat-suratnya diselesaikan oleh Bapak H. Mas Djumhari.
Alhamdulillah pembayarannya tidak ada masalah berkat bantuan teman-teman di antaranya
Bapak Dr. Hasjim Ning, yang membantu Rp. 25.000.000, Bapak Subur Karsono, Bapak
Abdullah Bamasak dll. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 27
Oktober 1993 (Ultah ke-3)
oleh Bapak Dr. Hasjim Ning dan do`a oleh Direktur Pondok Pesantren Darunnajah
Bapak KH. Drs. Mahrus Amin.
Bertepatan dengan kepulangan
dari Mekah tahun 1995, selesai pembangunan asrama putra dan hijrahlah para
santriwan menuju lokasi baru di Meliling. Pada ulang tahun ke-6 asrama putri yang dibantu sepenuhnya
oleh Bapak H. Faisal Hashim selesai, dengan menelan biaya Rp. 52.000.000 dan mulai ditempati. Program
selanjutnya membuat sarana ibadah, proyek ini dibiayai oleh Ibu Hj. Ari Murti
Rosarius dengan biaya Rp. 37.000.000 yang diresmikan
tahun 1995 oleh Pangdam IX
Udayana, Bapak Mayjen H. Adam Damiri, sejak itulah diresmikan pula nama Pondok Pesantren Bali
Bina Insani.
Program untuk membuat
Darunnajah kecil di Bali mengharuskan pembenahan management pendidikan,
perekrutan guru-guru dari pondok pesantren yang menerapkan sistem bahasa asing
(Arab, Inggris) dalam komunikasi sehari-hari seperti Gontor Darussalam, Darunnajah,
Al-Ikhlas, Baitul Arqom, Al Amin. Pendirian Madrasah Tsanawiyah Bali Bina Insani tanggal, 9 Agustus 1997 dengan kepala madrasah
pertama Ibu Hj Ety Supriati, BA. Selama ini
anak-anak belajar pada sekolah-sekolah umum di luar pondok pesantren dengan segala problemanya seperti
transportasi, biaya tinggi dan masalah moralitas. Adanya lembaga formal
menyebabkan instansi terkait memberikan atensi seperti pendirian kantor,
dibantu oleh Depag dengan biaya Rp.
10.000.000, perpustakaan dibantu oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan biaya Rp. 12.500.000.
Pendirian madrasah Aliyah Bali
Bina Insani tanggal 16 Juli 2000 dengan kepala
sekolah Bapak Karen, S.Pd, adalah merupakan jawaban atas
tamatnya satu kelas MTs. Bali Bina Insani untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Setelah MTs dan MA
berdiri maka berturut-turut dapat bantuan 6 bangunan kelas dari Departemen Pendidikan Nasional senilai
Rp. 180.000.000, Rp. 65.000.000, melalui
Bapak H. Baedhowi, Sekretaris
Jendral Departemen Pendidikan Nasional yang
sempat berkunjung ke pondok pada saat melakukan sosialisasi tentang Komite
Sekolah. Ruang belajar MA dibantu oleh banyak pihak diantaranya satu ruangan
dari Bapak H. Isfan Fajar Satrio, putra Wakil Presiden, Bapak Tri Sutrisno.
Satu ruangan dari Rotary Club Nusa Dua. Dapur umum dari Ibu Hj. Siti Hardianti
Indra Rukmana, putri presiden RI Bapak H. Soeharto. Kebutuhan mes dan tempat
tinggal guru yang sudah berkeluarga dibangun oleh Ibu Hj. Ny. Soebechan
Soekandar senilai Rp. 125.000.000.
Bangunan lab MA senilai Rp. 80.000.000 serta ruang belajar MTs, dibantu oleh Departemen Agama.
Pembenahan pada kurikulum
terimbangi dengan penugasan Ustad Yuli Saiful Bahri dkk. dari Darunnajah,
Ustadzah Darmawati dkk. dari Al-Ikhlas, Ustad Anton dkk. dari Al-Iman Gontor,
Ustad Fauzi dkk. dari Nahdlatul Wathan Pancor, Ustad Turoichan dkk dari Lirboyo
dan lain lain. Mereka adalah sebagai pengasuh yang siap 24 jam membimbing dan
mengajar para santriwan/santriwati dengan nilai-nilai agama khususnya bahasa
Arab atau Inggris. Pendidik dari luar dengan merekrut guru-guru dari sekolah
umum negeri sebagai tenaga honorer di MTs dan MA tanpa melihat ideologinya dengan tujuan agar
pengalaman dan pencapaian kurikulum
terdapat keseimbangan.
Ada ketertarikan tersendiri
bagi tamu luar yang berkunjung ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani misalnya
Prof. Dr. Azumardi Azra mantan rektor UIN Jakarta (1997) sangat respek terhadap 8 orang guru non muslim yang
mengajar di pondok ini, sebagai
wujud Rahmatan Lil `Alamin, kata beliau. Begitu juga ANTV pernah meliput
seluruh kegiatan dalam 24 jam. Karena ketertarikannya terhadap pelestarian
kultur masyaraskat Bali di pondok diantaranya dengan melakukan pembahasan kitab
Ta`limul Muta`allim dengan menggunakan bahasa Bali. Belum lagi konsep kesiapan tidak berbeda
dalam perbedaan, sebagai wujud toleransi beragama, mengingat Pondok Pesanten Bali
Bina Insani berada dalam miliu yang semua penduduk aslinya beragama Hindu.
Pengembangan pondok untuk
memisahkan asrama putra dan asrama putri di lakukan untuk menghindari hal-hal
yang tidak dikehendaki, memberikan rasa aman pada orang tua dan untuk
memudahkan manajemen. Pelaksanaan program
ini dilakukan pada tahun 2004 dengan membebaskan tanah seluas 12 are dengan
harga Rp. 48.000.000 berlokasi
tidak jauh dari asrama lama. Para donatur diantaranya Ibu Hj. Swanita Ning yang
menyumbang sebesarRp. 14.000.000.
Untuk pembangunan asramanya Departemen
Pendidikan Nasional membantu
sebesar Rp. 75.000.000.
Pada Oktober
2010 dengan terpisahnya asrama putra dan putri, iklim pendidikan semakin
kondusif. Santri yang berasal hampir
dari seluruh wilayah Indonesia semakin meronakan pendidikan. Dari Aceh hingga
Papua sudah pernah mengirimkan kadernya di Bali Bina Insani. Periode tahun
pelajaran 2010-2011 ini adalah terdiri dari santri yang berasal dari Jawa
Barat, Madura, Ujung Pandang, Flores, Kupang, Lombok Jawa Timur dan tentu saja
seluruh wilayah pulau Bali.
Pondok Pesantren Bali Bina Insani terletak di Desa Meliling Kecamatan Kerambitan
Kabupaten Tabanan (11 km barat Kota
Tabanan, + 32 km dari kota
Denpasar). Pondok Pesantren ini berdiri di
areal seluas 5700m2, dan berada di tengah-tengah masyarakat
Hindu yang taat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.
Keberadaan
Pondok telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat karena beberapa
faktor, diantaranya faktor kesejarahan, yang tidak pernah melahirkan komplik
etnis dan agamis serta faktor toleransi (tasammuh), kebersamaan dan kesetaraan
(musawwah).
Para santri dan santriwati mayoritas berasal dari Propinsi Bali, tapi
ada juga dari Propinsi-Propinsi lain di Indonesia, seperti dari Sumatera, Jawa,
Lombok, NTT dan dulu banyak berasal dari Timtim. Jumlah santri dan santriwati
saat ini 141 orang dengan 34 orang guru. Sebanyak 9 orang ustad dan 8 ustadzah
sebagai guru tetap yang mendampingi dan mengkoordinir kegiatan santri selama 24
jam.
V. PENGAJAR
Para pengajar terdiri dari lulusan–lulusan perguruan tinggi yang berbasis
keagamaan seperti dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah dan Alumni Pondok Pesantren
lainnya serta dari perguruan tinggi umum (IKIP, UNUD). Di antara para guru
terdapat beberapa orang yang beragama Hindu dengan mengajarkan mata pelajaran
sesuai dengan keahliannya serta mengajarkan tradisi masyarakat Bali dengan
tujuan agar para santri memahami tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat
sehingga komunikatif dan interaktif dengan lingkungannya.
VI. SISTEM
Pondok Pesantren Bali Bina Insani mengadopsi
sistem yang ada di Pondok Pesantren Darusssalam, Gontor, Darunnajah Jakarta
yaitu mencoba menerapkan komunikasi sehari-hari dengan menggunakan bahasa arab
dan inggris yang dibimbing langsung oleh Ustad dan Ustazah yang menguasai
bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji literatur
klasik (kitab kuning) serta mempersiapkan mereka agar mampu memasuki pangsa
kerja sebagai guide di bidang kepariwisataan mengingat Bali merupakan primadona
wisatawan manca negara.
VII. KEGIATAN
Para santri
melakukan kegiatan seperti layaknya pondok-pondok pesantren di tempat lain
yaitu: mulai dari jam 04.00 pagi sampai dengan jam 10.00 malam. Dalam
rentang waktu tersebut mereka mengikuti
kegiatan formal dan non formal. Kegiatan
formal yaitu: menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang
berada di kampus Pondok. Sedangkan yang non formal mengikuti kegiatan-kegiatan
yang bersifat kepondokan yaitu: muhadoroh, muhadatsah, kepanduan (Pramuka),
kajian-kajian kitab kuning serta kursus-kursus. Kursus yang sedang dilaksanakan pada saat ini yaitu
kursus otomotif kerja sama antara Pondok dan LLK Tabanan (Depnaker) tahun 2007.
Kajian-kajian
terhadap kitab kuning salah satunya dengan menggunakan pengantar Bahasa Bali yaitu: membahas Kitab
Attargib wat tarhib, Ta’limul Muta’allim. Ini dilakukan untuk memberikan bekal
kepada santri agar mereka memahami Bahasa Bali serta tidak tercabut dari akar
dan tradisi masyarakat Bali.
SEJARAH DAPUR
PONDOK PESANTREN BALI
BINA INSANI
DAPUR UMUM
Pondok Pesantren Bali Bina
Insani dalam pengelolaan konsumsi untuk santri dikelola adalah pengaturan dapur
umum yang pada awalnya adalah menempati ruangan paling selatan dari asrama
putri I a per 2008 berpidah ke lantai I gedung asrama putri I b.
Dalam pengelolaannya, dapur umum dibantu oleh :
1. Maemunah (Alm) 1997-2003
2. Minah 2003-2006
3. Azizah 2005-2007
4. Awanah 2006-2010
5. Mursyidin 2010
6. Ina 2010 - 2011
7. Wati dan Aminah (2011-2012).
8. Aminah, Fatimah (2012-2015).
9. Amiin, Fatimah dan ... (2015-sekarang).
Bibi dapur pondok pesantren Bali Bina Insani memiliki jadwal aktifasnya
seperti :
1. Masak untuk sarapan pagi pukul 03.30
2. Masak untuk siang pukul 09.00
3. Masak untuk makan malam pukul 15.30
Tahun 2015 Setiap harinya seluruh santri Pondok
Pesantren Bali Bina Insani menghabiskan minimal 85 Kg beras, dan jumlah dana untuk lauk pauk sebesar Rp. 650.000 untuk 2 hari, serta kayu
bakar menghabiskan Rp. 800.000 untuk sebulan.
Untuk santri juga memiliki jadwal makan yang terkonsep sesuai waktu
yaitu :
1. Makan pagi pukul 06.00 – 07.00
2. Makan siang pukul 13.30 – 14.00
3. Makan malam pukul 20.00.00 - 21.00
Pondok Pesantren ini mengelola Madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah Bali Bina Insani yang berdiri pada tahun 1996 (Madrasah Tsanawiyah), tahun 2000 (Madrasah Aliyah) dan SMK TI didirikan tahun 2012. Kedua madrasah ini mendapat pembinaan langsung
dari Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan nasional serta diajar oleh guru berpengalaman dari sekolah-sekolah
umum negeri yang ada di Tabanan, sehingga dapat meluluskan santrinya setiap
tahun dengan memuaskan.
Fasilitas lainnya yaitu: .... ruang belajar, asrama putra , asrama putri,
musholla, kantor, perpustakaan, mes guru, kolam lele, kantin, lapangan volly
dan mobil antar jemput.
Kegiatan ekonomi tahun 2015 yaitu:
badan hukum Koperasi Pondok Pesantren, dan kantin.
V.
BEBERAPA
KEGIATAN.
PONDOK PESANTREN BALI BINA INSANI
1.
Pada bulan Juni 1996, Yayasan membuka sebuah lembaga pendidikan Madrasah
Tsanawiyah Bali Bina Insani dengan murid sejumlah 24 murid putra & putri,
sedangkan jumlah santri secara keseluruhan berjumlah 62 anak.
2.
Pada tahun 1997 Yayasan bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja
Kabupaten Tabanan menyelenggarakan Kursus Latihan Kerja montir sepeda motor
yang diikuti 16 orang santri sebagai peserta.
3.
Pada tahun 1998, kursus montir dengan peserta 18 orang santri.
4.
Pada tahun ini 1999, Yayasan mengadakan kerjasama dengan Depnaker
Tabanan menyelenggarakan Kursus Latihan Kerja Menjahit yang diikuti 17 peserta
dari santriwati.
5.
Sebagai tindak lanjut kelangsungan belajar anak MTs Bali Bina
Insani , mulai tahun ajaran 2000 – 2001 Yayasan La – Royba mendirikan Madrasah
Alyah (MA) Bali Bina Insani dengan santri putra ... dan santri putri ....
jumlah .... santri..
6.
Beberapa perlombaan keagamaan dan kesenian yang diikuti santri La
Royba adalah sebagai berikut :
a.
Tahun 1998 mengikuti STQ tingkat propinsi Bali di Kabupaten Karang
Asem dan meraih juara II tingkat anak-anak.
b.
Tahun 1998 mengikuti lomba kejuaraan Karate tingkat propinsi Bali
di Denpasar, meraih juara II & III putri tingkat pemula.
c.
Tahun 1997 mengikuti berbagai perlombaan & kejuaraan bidang agama yang diselenggarakan
oleh Ikatan Remaja Masjid Bali di Denpasar dengan perolehan peringkat juara I
& II.
d.
Tanggal 9 – 13 September 1999 mengikuti lomba koreografi Gedung
Kesenian Jakarta Awards II 1999 di Jakarta, memperoleh juara harapan.
e.
Tahun 2000 mengikuti lomba Hadrah Tk.Propinsi di Karangasem dan
meraih juara III.
f.
Tahun
2007, juara III lomba pidato bahasa Arab pada lomba (Pospeda) Pekan Olahraga
dan Seni Pondok Pesantren di Kalimantan.
g.
Tahun
2010, juara umum Pospeda tingkat Kabupaten Tabanan (silat, hampir di semua
kelas putra-putri, pidato bahasa Arab dan Inggris putra-putri).
h.
Tahun
2010, juara I silat kelas C, juara II pidato bahasa Arab dan Inggris pada
Pospeda tingkat Provinsi di Karang Asem.
i.
Tahun
2010, mengikuti lomba silat kelas C pada even POSPENAS V di Surabaya.
j.
Tahun
2010, juara I Jambore dan Olimpiade tingkat MA sekabupaten Tabanan untuk lomba
pidato bahasa Arab dan Inggris putra-putri, Matematika, IPS, Agama, KIR Sosial
Budaya, Vokal putri.
k.
Tahun 2010, pada lomba Jambore dan Olimpiade MA tingkat Provinsi,
juara I pidato bahasa Inggis putra, bahasa Arab putri, juara II pidato bahasa
Arab putra dan Matematika, juara III pidato bahasa Inggris putri dan Olimpiade
Agama di Sanur.
l.
Tahun
2011, pada lomba Jambore dan Olimpiade MA tingkat kabupaten, juara umum (tenis
meja putra putri, kaligrafi, fahmil Qur’an, puisi kandungan Al Qur’an).
|
PONDOK PESANTREN
BALI BINA INSANI
Jl. Raya Timpag Meliling
Kerambitan Tabanan Bali
Kode Pos 82162 Telp. 0361.8944007
e-mail : yusaba2011@gmail.com
http://www.ppbalibinainsani.com
Catur Jiwa Pesantren
- KLIP
|
Ø Keikhlasan
Ø Loyalitas
Ø Integritas
Ø Pengabdian
|
Motto Kami
Ø
Beribadah yang Khusuk
Ø
Bekerja yang giat
Ø
Belajar yang tekun
Ø
Bergaul yang santun
Kerja Kami Setiap Waktu
|
Ø Beribadah
Ø Belajar
Ø Berlatih
|
Obsesi Kami Selalu
Ø Berjasa
Ø Bekembang
Ø
Mandiri
Catur Sikap Bali Bina Insani
·
Keihklasan
·
Kesederhanaan
·
Kemandirian &
·
Kesetiakawanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar